Welcome to My Blog

Welcome to My Blog
Semoga
bermanfaat buat temen-temen semua ^^

Parasitologi


Ascaris lumbricoides
Pengertian
·        Adalah sejenis parasit pada manusia yang dapat menyebabkan askariasis.
·        Hospes satu-satunya adalah manusia.
·        Parasit ini ditemukan kosmopolit.
Klasifikasi Ilmiah
·        Nama latin  : Ascaris lumricoides
·        Phylum : Achelminthes
·        Sub phylum : -
·        Ordo : Ascoroidea
·        Family : -
·        Genus : -
·        Species : Ascaris lumbricoides
·        Kelas : Nematoda
·        Nama daerah : Cacing gelang
Morfologi dan Anatomi
·        Cacing jantan  panjang 15-30 cm, lebar 0,2 cm - 0,4 cm.
·        Cacing betina panjang 20-30 cm dan lebar 0,3 – 0,6 cm.
·        Umur cacing dewasa 1-2 tahuan
·        Lokasi cacing dewasa usus halus
·        Ukuran telur , panjang 60-70 mikron, lebar 40-50 mikron
·        Jumlah telu/cacing betina/hari ± 200.000 telur.
Daur Hidup dan Penginfeksian
·        Bentuk infektif terjadi bila tetelan manusia, menetas diusus halus. Larvanya menembus dinding halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudia mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus didnding pembuluh darah, kemudian naik ke atas trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan terhadap faring. Penderita akan batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan kedalam esophagus , lalu ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa bertelur di perlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
Gejala Klinis
Gejala yang timbul biasanya disebabkan karena larva dan cacing dewasa :
·        Larva biasanya terjadi pada saat di paru.
·        Cacing dewasa mengalami gangguan usus ringan mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
Diagnosis
            Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis askariasis. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung karena muntah atau tinja.
Pengobatan
·        Perorangan dengan menggunakan piperasin, pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan, dosis tunggal membendazol 500 mg atau albendazol 400 mg.
·        Pengobatan masal dilakukan pemerintah pada anak sekolah dasar dengan pemberian albendazol 400 mg 2 kali setahun.
Pencegahan
·        Mencuci tangan pada air mengalir menggunakan sabun setiap setelah melakukan aktifitas sehari-hari.
·        Tidak BAB di sembarang tempat.
·        Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk.
·        Mencuci bersih sayur mayor sebelum di masak terutama yang di konsumsi secara mentah.

Diphyllobothrium latum
Definisi :
¿     Merupakan subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum Plathihelminthes.
¿ Merupakan parasit penyebab penyakit difilobotriasis.
¿ Hospes definifnya adalah manusia, sedangkan hospes reservoarnya adalah anjing, kucing dan lebih jarang mamalia lainnya.
¿ Ditemukan di Amerika, Canada, Eropa, daerah danau di Swiss, Rumania, Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika, Malagasi dan Siberia.
Morfologi :
¿     Cacing dewasa yang keluar dari usus berwarna gading, panjangnya dapat sampai 10 m dan terdiri dari 3000-4000 buah proglotid.
¿ Tiap proglotid memiliki alat kelamin jantan dan betina yang lengkap.
¿ Telurnya mempunyai operkulum berukuran 70x45 mikron.
Daur Hidup dan Penginfeksian :
¿     Cacing dewasa (usus halus manusia).
¿     Telur yang belum berkembang keluar bersama tinja dan masuk dalam air tawar.
¿     Korasidium, larva bersilia menetas dari telur dan berenang bebas dalam air.
¿     Kopepoda (Cylops, Diaptomus) memakan korasidium.
¿ Korasidium menembus alat cerna kopepoda, masuk ke rongga badan.
¿ Proserkoid berkembang di rongga badan kopepoda.
¿     Kopepoda yang terinfektif dimakan air tawar
¿ Persikoid berkembang menjadi Pleroserkoid dalam otot ikan
¿ Ikan termakan oleh manusia melalui ikan yang mentah atau ikan yang tidak dimsak sempurna.
¿  Skoleks dari pleroserkoid melekat pada mukosa usus, berkembang menjadi cacing dewasa.
Gejala Klinis :
¿ Gejala ringan seperti diare, tidak nafsu makan dan tidak enak diperut.
¿ Cacing yang hidup dipermukaan usus halus akan menimbulkan anemia hiperkromakrositer, karena cacing itu banyak menghisap Vitamin B12, sehingga timbul gejala defisiensi vitamin tersebut.
Diagnosis :
¿     Cara melakukan diagnosis penyakit ini adalah dengan menemukan telur atau proglotid yang dikeluarkan dalam tinja.
Pengobatan
¿     Penderita diberikan obat Atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai pemberian Na-bikarbons, dosis 0,5 g dua jam setelah makan obat diberikan sebagai pencahar magnesium sulfat 15 g.
¿ Niclosamid
¿ Paramomisin
Pencegahan :
¿ Memasak ikan air tawar dengan sempurna sebelum dihidangkan.
¿ Memberikan obat cacing pada Anjing yang merupakan salah satu hospes resevoar.
Fasciola hepatica
Pengertian
·     Merupakan parasit yang termsuk kelas Termatoda, filum Platyhelminthes. Menyebabkan penyakit fasioliasis.
·         Hospes cacing ini adalah kambing dan sapi. Terkadang dapat ditemukan pada manusia.
·         Kasus penyakit fasioliasis ini banyak ditemukan di Amerika Latin, Peranci dan negara-negara disekitar Laut Tengah.
Morfologi
·         Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun ± 30 x 13 mm.
·         Bagian interior berbentuk seperti kerucut terdapat batil isap mulut yang besarnya ± 1 mm.
·         Pada bagian dasar kerucut terdapat bati isap perut yang besarnya ± 1,6 mm.
·     Saluran pencernaan bercabang-cabang sampai keujung distal sekum. Testis dan kelenjar vitelin juga bercabang-cabang.
·      Telur cacing berukuran 140 x 90 mikron.
Daur Hidup dan Penginfeksian
·         Telur cacing dikeluarkan bersama feses dalam keadaan belum matang.
·     Telur menjadi matang dalam air setelah 9-15 hari dan berisi mirasidium.
·         Telur menetas dan mirasidum keluar mencari keong air (Lymnaea spp). Dalam keong air terjadi perkembangan : Mirasidium → Sporokista  →Redia 1  → Redia 2  → Serkaria.
·         Serkaria keluar dari dalam tubuh keong air dan berenag mencari hospes perantara II, yaitu berupa tumbuh-tumbuhan air dan pada permukaan tumbuhan air membentuk kista berisi metaserkaria.
·     Bila metaserkaria tertelan oleh hewan pemakan tumbuh-tumbuhna air maka akan menembus diding usus dan akan bermigrasi dala ruang peritoneum hingga menembus hati.
·         Larva masuk kedalam saluran empedu dan menjadi dewasa. Baik larva maupun cacing hidup pada jaringan parenkim hati dan lapisan sel epitel saluran empedu.
·     Infeksi terjadi dengan memakan tumbuhan air yang mengandung metaserkaria.
Patolgi dan Gejala Klinis
·         Migrasi cacing dewasa muda kesaluran empedu dapat menimbulkan kerusakan parenkim hati.
·    Selama migrasi (fase akut) dapat tidak bergejala atau menimbulkan gejala seperti demam, nyeri pada bagiankanan atas abdomen, hepatomegali, malaise, urtikaria, eosinofilia.
·     Migrasi cacing dewasa muda dapat terjadi diluar hati (ektopik) seperti pada mata, kulit, paru dan otak. Gejala yang timbul dapat bergantung pada organ tempat migrasi larva.
Diagonis
·     Diagnosis dapat ditegakan dengan menemukan elur dalam tinja, cairan dudenum atau cairan empedu. Dibantu dengan menggunakan reaksi serologi (ELISA).
·      Menggunakan Imunodiagnosis.
·         Ultrasonografi untuk menegakan diagnosis fasiolasis bilier.
Pengobatan
·         Menggukan obat albendazol dan praziquantel.


Pencegahan
·         Mencuci sayuran secara bersih sebelum dihidangkan atau lebih baik dimasak terlebih dahulu.
·    Memasak daging secara matang sempurana, hindari makan daging setengah matang karena ini akan menjadi penginfeksian.

Taenia solium
Definisi :
¯  Merupakan subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum Plathihelminthes.
¯  Merupakan parasit yang menyebabkan teniasis solium (oleh cacing dewasa) dan sistserkosis (oleh larva).
¯  Hospes defintifnya adalah manusia, sedangkan hospes perantaranya adalah babi.
¯  Ditemukan di Negara yang mempunyai banyak peternakan babi dan di tempat daging bagi banyak disantap seperti Eropa, Amerika Latin, Cina, India, Amerika Utara dan juga beberpa daerah di Indonesia (Papua, Bali, dan Sumatera).
Morfologi :
¯  Berukuran panjang 2-4 meter bahkan sampai 8 meter.
¯ Memiliki skoleks, leher dan strobila yang terdiri atas 800-1000 ruas proglotid.
¯ Skoleks yang bulat berukuran kira-kira 1 milimeter, mempunyai empat buah batil isap dengan rostelum yang mempunyai dua baris kait-kait, masing-masing sebanyak 25-30 buah.
¯  Strobila terdiri atas rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur), dewasa (matur), mengandung telur (gravid).
¯ Memiliki testis dengan jumlah folikelnya 150-200 buah.
¯ Jumlah cabang uterus pada proglotid gravid adalah 12-17 buah pada satu sisi.
¯  Lubang kelamin letaknya selang-seling pada sisis kanan dan kiri strobila secara tidak beraturan.
Daur Hidup dan Penginfeksian :
¯  Cacing dewasa paa usus halus, mengeluarkan proglotid gravid yang dikeluarkan bersama feses.
¯  Telur tertelan oleh oleh babi (hospes peranta) atau langsung tetelan oleh manusia. Jika tertelan oleh manusia maka sistiserkosis (larva) akan berada pada otot, mata dan otak.
¯  Jika kita memakan daging babi yang terdapat sistiserkosis maka akan berada dalam usus halus membentuk skoleks ( hingga dewasa).
Gejala Klinis :
¯ Cacing dewasa, yang biasanya berjumlah seekor, tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti. Bila ada, dapat berupa nyeri ulu hati, mencret, mual obtipasi dan sakit kepala. Darah tepi dapat menunjukan eosinofila.
¯ Gejala klinis yang lebih berarti dan sering diderita, disebabkan oleh larva yang disebut sisterkosis.
¯  Infeksi ringan tidak akan menimbulkan gejala, kecuali bila alat yang dihinggapi adalah alat tubh yang penting.
¯ Pada manusia, sisterkus T.solium sering menghinggapi jaringan subkutis, mata, jaringan otak,otot, otot jantung, hati, paru dan rongga perut.


Diagnosis :
¯  Diagnosis teniasis solium dapat dilakukan dengn menemukan telur dan proglotid.
¯  Diagnosis sistiserkosis dapat dilakukan dengan cara :
1.      Ekstirpasi benjolan kemudian diperiksa secara histopatologi.
2.      Radiologis dengan CT scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).
3.      deteksi antibody dengan teknik ELISA, Western Blot (EIBT), uji hemaglutinasi, Counter Immuno Electrophoresis (CIE).
4.      Deteksi coproantigen pada tinja
5.      deteksi DNA dengan teknik PCR.
Pengobatan :
¯  Teniasis solium digunakan prazikuantel.
¯               Sistisserkosis menggunakan prazikuantel, albendazol atau dilakukan pembedahan.
Pencegahan :
¯  Mendinginkan daging sampai -100C
¯ Iridiasi dan memasak daging sampai matang.
¯    Pengobtan perorangan maupun masal dilaksanakan agar penderita tidak menjadi sumber infeksi bagi diri sendiri maupun babi dan hewan  seperti anjing dan babi.
¯      Merintis pendidikan mengenai kesehatan.
¯ Cara-cara ternak babi harus diperbaiki, agar tinja tidak berkontak langsung dengan manusia.
Balantidium coli
Pengertian
·      Adalah jenis parasit Ciliata Protozoa dan merupakan protozoa terbesar pada manusia yang menyebabkan penyakit Balantidiasis. Merupakan satu-satunya anggota filum ciliate yang di kenal pathogen bagi manusia.
·      Hospes parasit ini adalah babi, tijus dan beberapa jenis spesies kera yang hidup di daerah tropic.
·      Dapat menginfeksi manusia sehingga menyebabkan penyakit balantidiosis.
Klasifikasi Ilmiah
·      Domain : Eukarya
·      Kerajaan : Protista
·      Superfilum : Alveolata
·      Filum : Ciliophora
·      Kelas : Litostomatea
·      Order : Vestibuliferida
·      Keluarga : Balantididae
·      Genera : Balantidum
·      Spseias : Balantidum coli
Morfologi
            Parasit ini hidup di selaput lender usus besar terutama didaerah sekum dan mempunyai dua stadium yaitu stadium vegetative dan stadium kista.
·      Stadium Vegetatif
ü  Memiliki bentuk lonjong, besarnya 60-70 mikron. Pada bagian anterior yang agak menyempit terdapat sitosom yang berfungsi sebagai mulut. Bagian posterior bentuknya agak melebar, pada daerah ini ditemukan sitoping yang berfungsi untuk mengeluarkan zat yang tidak diperlukan lagi.
ü  Stadium ini juga berfungsi untuk berkemabangbiak secara belah pasang transversal.
ü  Pada tahap trofozoit akan segera memmbentuk kista (enkistasi) di dalam lume usus atau segera setelah keluar bersama tinja.
·      Stadium Kista
ü  Kista berukuran kira-kira 60 mikron, lonjong dan berdinding tebal. Hanya memeliki makronukleus.
ü  Kista hidup memiliki bulu getar yang masih bergerak. Kista tidak untuk berkembangbiak tapi digunakan untuk bertahan. Kisat dapat bertahan 1-2 hari pada suhu kamar. Merupakan bentuk infektif.
Daur Hidup dan Cara Penginfeksian
·         Stadium kista menginfeksi pada tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi kemudia kista masuk kedalam usus dan melakukan perkembangbiakan secara belah pasang transverasal (stadium vegestatif) dan mengalami enkistasi atau berubah bentuk menjadi betuk kista dan di keluarkan lagi bersama tinja.
Gejala Klinis
·         Penderita yang imunokompeten biasanya tidak memberikan gejala (asimtomatik) namun pada penderita dengan immunokompromanis dapat menjadi berat bahkan menimbulkan kematian.
·         Infeksi ringan berlangsung tanpa gejala, bila parasit hidup dirongga usus besar.
·         Penyakit dapat menahun dengan diare diselingi konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah dan kakeksia (cachaexia).
Diagnosis
·         Diagnosis dibuat dengan menemukan trofozoit dalam tinja encer atau kista dalam tinja atau trofozoit di temukan melalui sigmoidoskopi. Bila diperlukan dapat dilakukan colonoscopy. Pada penderita baru dapat dilakukan Broncho alveolar lavage.
Pengobatan
·         Obat pilihan untuk balantidiasis adalah tetrasiklin 4x500 mgr/hari selama 10 hari.
·         Metronidazol 3x750 mgr/hari.
·         Evaluasi pengobatan dilakukan 1 bulan setelah pengobatan.
·         Pada hewan dapat menggunakan metranidazol atau albendazol.
Pencegahan
·         Menjaga kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan akan menghindari dari penularan.

Taenia solium
Definisi :
¯  Merupakan subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum Plathihelminthes.
¯  Merupakan parasit yang menyebabkan teniasis solium (oleh cacing dewasa) dan sistserkosis (oleh larva).
¯  Hospes defintifnya adalah manusia, sedangkan hospes perantaranya adalah babi.
¯  Ditemukan di Negara yang mempunyai banyak peternakan babi dan di tempat daging bagi banyak disantap seperti Eropa, Amerika Latin, Cina, India, Amerika Utara dan juga beberpa daerah di Indonesia (Papua, Bali, dan Sumatera).
Morfologi :
¯  Berukuran panjang 2-4 meter bahkan sampai 8 meter.
¯  Memiliki skoleks, leher dan strobila yang terdiri atas 800-1000 ruas proglotid.
¯  Skoleks yang bulat berukuran kira-kira 1 milimeter, mempunyai empat buah batil isap dengan rostelum yang mempunyai dua baris kait-kait, masing-masing sebanyak 25-30 buah.
¯  Strobila terdiri atas rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur), dewasa (matur), mengandung telur (gravid).
¯  Memiliki testis dengan jumlah folikelnya 150-200 buah.
¯  Jumlah cabang uterus pada proglotid gravid adalah 12-17 buah pada satu sisi.
¯  Lubang kelamin letaknya selang-seling pada sisis kanan dan kiri strobila secara tidak beraturan.
Daur Hidup dan Penginfeksian :
¯  Cacing dewasa paa usus halus, mengeluarkan proglotid gravid yang dikeluarkan bersama feses.
¯  Telur tertelan oleh oleh babi (hospes peranta) atau langsung tetelan oleh manusia. Jika tertelan oleh manusia maka sistiserkosis (larva) akan berada pada otot, mata dan otak.
¯  Jika kita memakan daging babi yang terdapat sistiserkosis maka akan berada dalam usus halus membentuk skoleks ( hingga dewasa).
Gejala Klinis :
¯  Cacing dewasa, yang biasanya berjumlah seekor, tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti. Bila ada, dapat berupa nyeri ulu hati, mencret, mual obtipasi dan sakit kepala. Darah tepi dapat menunjukan eosinofila.
¯  Gejala klinis yang lebih berarti dan sering diderita, disebabkan oleh larva yang disebut sisterkosis.
¯  Infeksi ringan tidak akan menimbulkan gejala, kecuali bila alat yang dihinggapi adalah alat tubh yang penting.
¯  Pada manusia, sisterkus T.solium sering menghinggapi jaringan subkutis, mata, jaringan otak,otot, otot jantung, hati, paru dan rongga perut.


Diagnosis :
¯  Diagnosis teniasis solium dapat dilakukan dengn menemukan telur dan proglotid.
¯  Diagnosis sistiserkosis dapat dilakukan dengan cara :
1.      Ekstirpasi benjolan kemudian diperiksa secara histopatologi.
2.      Radiologis dengan CT scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).
3.      deteksi antibody dengan teknik ELISA, Western Blot (EIBT), uji hemaglutinasi, Counter Immuno Electrophoresis (CIE).
4.      Deteksi coproantigen pada tinja
5.      deteksi DNA dengan teknik PCR.
Pengobatan :
¯  Teniasis solium digunakan prazikuantel.
¯  Sistisserkosis menggunakan prazikuantel, albendazol atau dilakukan pembedahan.
Pencegahan :
¯         Mendinginkan daging sampai -100C
¯ ridiasi dan memasak daging sampai matang.
¯      Pengobtan perorangan maupun masal dilaksanakan agar penderita tidak menjadi sumber infeksi bagi diri sendiri maupun babi dan hewan  seperti anjing dan babi.
¯         Merintis pendidikan mengenai kesehatan.
¯ Cara-cara ternak babi harus diperbaiki, agar tinja tidak berkontak langsung dengan manusia.

Balantidium coli
Pengertian
·      Adalah jenis parasit Ciliata Protozoa dan merupakan protozoa terbesar pada manusia yang menyebabkan penyakit Balantidiasis. Merupakan satu-satunya anggota filum ciliate yang di kenal pathogen bagi manusia.
·      Hospes parasit ini adalah babi, tijus dan beberapa jenis spesies kera yang hidup di daerah tropic.
·      Dapat menginfeksi manusia sehingga menyebabkan penyakit balantidiosis.
Klasifikasi Ilmiah
·      Domain : Eukarya
·      Kerajaan : Protista
·      Superfilum : Alveolata
·      Filum : Ciliophora
·      Kelas : Litostomatea
·      Order : Vestibuliferida
·      Keluarga : Balantididae
·      Genera : Balantidum
·      Spseias : Balantidum coli
Morfologi
            Parasit ini hidup di selaput lender usus besar terutama didaerah sekum dan mempunyai dua stadium yaitu stadium vegetative dan stadium kista.
·      Stadium Vegetatif
ü  Memiliki bentuk lonjong, besarnya 60-70 mikron. Pada bagian anterior yang agak menyempit terdapat sitosom yang berfungsi sebagai mulut. Bagian posterior bentuknya agak melebar, pada daerah ini ditemukan sitoping yang berfungsi untuk mengeluarkan zat yang tidak diperlukan lagi.
ü  Stadium ini juga berfungsi untuk berkemabangbiak secara belah pasang transversal.
ü  Pada tahap trofozoit akan segera memmbentuk kista (enkistasi) di dalam lume usus atau segera setelah keluar bersama tinja.
·      Stadium Kista
ü  Kista berukuran kira-kira 60 mikron, lonjong dan berdinding tebal. Hanya memeliki makronukleus.
ü  Kista hidup memiliki bulu getar yang masih bergerak. Kista tidak untuk berkembangbiak tapi digunakan untuk bertahan. Kisat dapat bertahan 1-2 hari pada suhu kamar. Merupakan bentuk infektif.
Daur Hidup dan Cara Penginfeksian



·         Stadium kista menginfeksi pada tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi kemudia kista masuk kedalam usus dan melakukan perkembangbiakan secara belah pasang transverasal (stadium vegestatif) dan mengalami enkistasi atau berubah bentuk menjadi betuk kista dan di keluarkan lagi bersama tinja.
Gejala Klinis
·         Penderita yang imunokompeten biasanya tidak memberikan gejala (asimtomatik) namun pada penderita dengan immunokompromanis dapat menjadi berat bahkan menimbulkan kematian.
·         Infeksi ringan berlangsung tanpa gejala, bila parasit hidup dirongga usus besar.
·         Penyakit dapat menahun dengan diare diselingi konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah dan kakeksia (cachaexia).
Diagnosis
·         Diagnosis dibuat dengan menemukan trofozoit dalam tinja encer atau kista dalam tinja atau trofozoit di temukan melalui sigmoidoskopi. Bila diperlukan dapat dilakukan colonoscopy. Pada penderita baru dapat dilakukan Broncho alveolar lavage.
Pengobatan
·         Obat pilihan untuk balantidiasis adalah tetrasiklin 4x500 mgr/hari selama 10 hari.
·         Metronidazol 3x750 mgr/hari.
·         Evaluasi pengobatan dilakukan 1 bulan setelah pengobatan.
·         Pada hewan dapat menggunakan metranidazol atau albendazol.
Pencegahan
·         Menjaga kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan akan menghindari dari penularan.